ANEKA KARTUN

Kamis, 11 Februari 2010

MUSEUM KARTUN INDONESIA

Sejumlah karya karikatur dari seniman Indonesia di pamerkan di Museum Kartun Indonesia di Kuta, Bali.

[DENPASAR] Museum Kartun Indonesia pertama di Indonesia bahkan di Asia Tenggara kini hadir di Kuta, Bali. Museum itu diresmikan Kamis (13/3) dan memberi nuansa baru bagi dunia pariwisata Bali.

Museum yang berlokasi di Jalan Sunset Road Kuta, menempati lahan seluas 1.600 meter persegi. Di museum itu, ada sekitar 200 kartun karya dari puluhan kartunis Indonesia yang dipajang. Saat peresmian, sejumlah pencinta kartun dari Bali dan luar Bali hadir. Dengan membayar harga tiket masuk Rp 20.000, para pengunjung dapat melihat aneka kartun karya beberapa kartunis seperti Gatot Eko Cahyono, Pramono R Pra- moedjo, GM Sudarta, Dwi Koendoro, Jango Paramartha hingga beberapa kartunis muda lainnya.

Tema kartun yang di- pajang bervariasi, mulai dari bertema ringan hingga serius seperti pemberantasan korupsi, illegal logging, hingga kartun bom Bali satu.

Selain menampilkan aneka peristiwa sejarah Indonesia dalam bentuk kartun, di museum ini para pengunjung juga dapat melihat aneka kartun para tokoh di Indonesia seperti Presiden pertama Indonesia Soekarno, mantan Presiden Soeharto, Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hingga tokoh perjuangan hak buruh Marsinah.

Di museum ini juga dapat dilihat kartun para tokoh dari beberapa negara, seperti Osama bin Laden, Aung San Su Kyi, presiden Amerika Serikat George Bush, pemimpin Libya Mohamar Khadafi hingga mantan Presiden Irak Saddam Hussein.

"Secara umum, kartun yang dipajang di museum ini menceritakan perjalanan sejarah kartun di Indonesia dan peran kartunis serta karyanya dalam sejarah bangsa Indonesia dan juga dunia. Selain itu, karya yang ditampilkan juga menampilkan kehidupan kreatif para kartunis," ujar Ketua Dewan Museum Kartun Indonesia, Pramono Pramoedjo.

"Tujuan yang ingin kita capai dari pendirian museum ini adalah agar kartunis dan karyanya bisa sejajar dengan pelukis dan lukisannya. Karya kartun tidak kalah pentingnya dengan karya lukis," kata Pramono yang sangat berbahagia dengan kehadiran museum ini.

Hal senada juga disampaikan Direktur Museum Kartun Indonesia A Adelie, yang mengharapkan kehadiran museum di daerah pariwisata bisa diterima masyarakat maupun turis mancanegara. "Mudah-mudahan dengan kehadiran kami akan membangkitkan pencinta maupun para kartunis kalau kartun itu bukan barang murahan tetapi barang berharga yang patut dicintai dan dihormati," ujarnya.

Kritik Pejabat

Seorang pengunjung museum, A Prayitno yang dikenal pemilik Rumah Topeng dan Wayang di Ubud Bali mengatakan, salut atas kehadiran museum karena pengunjung diajak bercermin bahwa mengkritik pejabat tidak harus berteriak-teriak. Cukup dengan goresan seni atau kartun. Meski demikian, katanya, tidak mungkin sebuah museum bisa hidup tanpa ada bisnis yang menunjang seperti halnya museum lukisan yang tersebar di Bali.

"Kalau Rumah Topeng dan Wayang kami memang tidak memungut bayaran atau gratis tetapi ada pihak ketiga yang mendanai. Kalau museum tidak bisnis atau ada yang mendanai cepat atau lambat bisa bangkrut," ujar Prayitno.

Pengagas berdirinya Museum Kartun Indonesia, Pak Jangkrik saat pembukaan menyampaikan banyak hambatan yang dilalui untuk mendirikan museum itu.

"Hampir dua tahun saya harus berkelana mengumpulkan kartun-kartun yang dipamerkan. Apalagi awalnya kartun hanya dianggap barang murahan atau sampah. Padahal kartun punya nilai tinggi sehingga harus dihargai," katanya seraya enggan menyampaikan jumlah investasi yang ditanamkan membangun museum tersebut. [137]

Pengikut